Budaya Konsumtif Generasi Millenial

02 April 2020

General

By: Anastasia Sabrina (PU-X)  

  Generasi Millennial atau Generasi Y disebut sebagai generasi Era Teknologi. Hal ini disebabkan pada tahun mereka dilahirkan, yakni tahun 1980an hingga 2000an, teknologi sedang mengalami perkembangan pesat. Fakta ini tentunya, membuat kehidupan generasi Millennial tidak lepas dari teknologi digital. Dapat dilihat dari keseharian mereka yang pastinya tidak lepas dari gadget, khususnya smartphone. Menurut data dari Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, generasi millennial menggunakkan gadget (PC, smartphone, tablet, dan televisi) 27 kali tiap jam dan 18 jam perhari untuk konsumsi hiburan. Penggunaan gadget ini memiliki pengaruh pada karakter Generasi Millennial, dalam hal ini ialah budaya konsumtif. Budaya ini disebabkan oleh 2 faktor. Yang pertama ialah Peer Pleasure. Peer Pleasure ini muncul dalam suatu komunitas atau lingkaran pertemanan, yakni Generasi Millennial akan tertekan untuk ikut membeli suatu barang jika komunitas pertemanannya menggunakkan maupun memakai barang tersebut. Point yang kedua ialah Influencer. Influencer ini ialah pembuat kontens yang memiliki banyak follower yang mengagumi atau menyukainya. ketika Generasi Millennial melihat idolanya menggunakkan suatu barang, tidak jarang mereka akan membeli barang tersebut. Selain itu, dengan kemudahan teknologi dan komunikasi, transaksi jual beli barang menjadi semakin praktis, mudah, dan cepat. Hal ini juga didukung dengan maraknya aplikasi jual beli online yang cukup beragam.

     Budaya konsumtif Generasi Millennial ini memang memiliki dampak positif di sektor perekonomian dalam jangka pendek. Menurut pandangan Bank Indonesia, Generasi Millennial merupakan faktor fundamental utama dalam penggerak roda ekonomi di Indonesia. Pengaruh daya beli kaum Millennial yang cenderung konsumtif membantu peningkatan konsumsi pribadi yang merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi utama. Saat ini, pendorong pertumbuhan ekonomi utama Indonesia masih bertumpu pada konsumsi pribadi dan sudah mencapai lebih dari 50% PDB Indonesia (CNN Indonesia, 2019). Namun dibalik dari dampak positif ini, terdapat dampak negatif pada budaya konsumtif Generasi Millennial.

    Budaya konsumtif menjadikan barang-barang mewah sebagai tolak ukur kebahagian, dan pemuasaan diri. Budaya konsumtif juga indektik dengan hedonisme yang berarti kebiasaan boros akan materi secara impulsive. Menurut data Survey Manulife Investor Sentiment Index di tahun 2015, 53% dari responden yang diambil telah menggunakkan 70% dari pendapatannya untuk berbelanja dan sejumlah 10% dari total responden telah menggunakkan 90% dari pendapatannya untuk berbelanja (Fadhilla, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa presentasi Generasi Millennial untuk menabung sangat tipis. Tidak jarang jika Generasi Millennial menabung, uang tabungan itu akan dipergunakkan untuk hal konsumtif lainnya yang membutuhkan jumlah uang yang lebih banyak seperti untuk wisata, membeli tiket konser, tas mahal dan sebagainya. FX Iwan selaku Independent Wealth Managemeng Advisor melihat jika gaya hidup Millennial tidak berubah khususnya pada kalangan menengah, maka Generasi Millennial dapat menjadi ignorant dan sulit berinvestasi. Seperti contohnya mereka tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah ataupun tidak mencoba jenis investasi lainnya seperti emas, reksa dana, dan sebagainya. Jika perilaku Komsumtif ini terus dibiarkan, Generasi Millennial akan gagal untuk mengakumulasi kekayaan yang seharusnya dapat mereka nikmati saat memasuki usia tidak produktif atau pensiun. Dengan demikian budaya konsumerisme dapat berpotensi meningkatkan angka kemiskinan yang disumbangkan Generasi Millennial dimasa tua.

    Melalui pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa budaya konsumtif Generasi Millennial menimbulkan generasi ini sulit menabung dan berinvestasi untuk masa depan dikarenakan keinginan mereka untuk membeli barang-barang secara impulsive. Hal ini berdampak pada potensi peningkatan angka kemiskinan dimasa yang akan datang. Maka dari itu sangat diperlukan adanya himbauan akan pembelajaran management portfolio keuangan pada Generasi Millennial untuk meningkatkan minat menabung dan berinvestasi.