Jika di media sosial seperti Instagram, Twitter, YouTube, kamu pernah melihat judul artikel seperti “10 Langkah menjadi Entrepreneur Sukses”, “Bagaimana Menjalankan Entrepreneurship?”, “Belajar Menjadi Entrepreneur dengan Jiwa Entrepreneurship”, dan sebagainya. Tahukah kamu apa perbedaan istilah entrepreneur dan entrepreneurship? Walaupun mirip, jangan sampai salah menggunakan kedua istilah tersebut.
Dilansir dari Econlib, kata Entrepreneur yang lahir pada abad ke-13 diambil dari kata Entreprendre (Bahasa Prancis). Istilah berusia 700 tahun ini biasa diterjemahkan sebagai orang yang melakukan sesuatu atau mengelola. Dilansir dari Etymonline istilah Entrepreneur dalam dunia akademik dipopulerkan pada 1828 oleh Jean-Baptiste seorang pakar ekonomi dari Perancis.
Baptiste mendeskripsikan entrepreneur sebagai orang yang memanfaatkan sumber daya untuk kegiatan produktif dan mencapai profit yang lebih tinggi. Orang yang mencari peluang untuk menciptakan pasar dan peluang baru. Intinya entrepreneur adalah orang atau subjek yang melakukan atau mengelola sebuah kegiatan usaha.
Mungkin kamu pernah mendengar perkataan “seorang entrepreneur harus memiliki jiwa entrepreneurship”. Entrepreneurship dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan seorang pengusaha, bisa juga dikatakan ilmu yang mempelajari tentang entrepreneur. Intinya, entrepreneurship adalah kegiatan pengusaha dalam mencapai profit, mengelola bisnis, dan sebagainya.
Bagaimana, apakah kamu sudah semakin paham perbedaan Entrepreneur dan Entrepreneurship? Jadi secara garis besar, Entrepreneur adalah subjek yang menerapkan ilmu entrepreneurship.
Entrepreneur = Wirausahawan
Dalam Bahasa Indonesia, entrepreneur berarti Wirausahawan. Mungkin kamu pernah bertanya, siapa entrepreneur pertama di dunia? Jika kamu pernah membaca bahwa praktik dagang yang sekarang kita adaptasi telah ada di Roma sejak 50 SM, dilansir dari Hive, ternyata praktik dagang paling pertama dilaksanakan oleh para pedagang dan saudagar (entrepreneur) dari New Guinea pada 17.000 SM. Pada saat itu mereka menukar Obsidian dan Kaca Vulkanik Hitam untuk membuat panah.
Pada umumnya seorang entrepreneur dapat membawa manfaat dari usaha yang dibangun. Seorang entrepreneur menjalankan aktivitas bisnis dengan berpikir kreatif dan imajinatif.
Seorang entrepreneur memiliki jiwa kepemimpinan dan keberanian dalam mengambil resiko. Kehadiran entrepreneur juga membantu perkembangan teknologi, sosial, budaya, dan ekonomi. Ciri-ciri atau karakter seorang entrepreneur adalah pekerja keras, disiplin, mandiri, kreatif, fokus pada tujuan, berkomitmen tinggi, dan selalu berusaha untuk maju.
Entrepreneurship = Kewirausahaan
Dalam Bahasa Indonesia, entrepreneurship berarti kewirausahaan. Entrepreneurship adalah ilmu yang digunakan seorang entrepreneur dalam menjalankan aktivitas produksi dengan memanfaatkan tiga sumber daya utama yaitu sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal.
Jiwa entrepreneurship dapat dilatih dengan mengikuti pelatihan bisnis, kuliah bisnis, dan praktek langsung ketika menjalankan usaha. Terdapat empat karakteristik dasar dalam entrepreneurship, yaitu mental, kepemimpinan (merekrut orang dalam melakukan bisnis), cara pelaksanaan (membuat strategi dan melakukan analisis), dan keterampilan.
Pendidikan entrepreneurship hadir sejak 1950 an di Eropa, Amerika, dan Kanada. Hingga pada 1980 an sudah ada 500 sekolah di Amerika Serikat yang mengajarkan entrepreneurship. Di Indonesia sudah mulai banyak pendidikan formal perguruan tinggi dengan program studi entrepreneurship, salah satunya Universitas Agung Podomoro, yaitu Podomoro University.
Terdapat empat tahapan entrepreneurship yang dilakukan entrepreneur dalam menjalankan usaha, yaitu tahap memulai usaha, menjalankan usaha, mempertahankan usaha, dan mengembangkan usaha.
Di sini para entrepreneur mulai mengumpulkan niat dan tujuan dari membuat usaha. Mempelajari industri apa yang akan didalami, merencanakan tahapan bisnis, mempersiapkan segala peralatan dan teknologi yang dibutuhkan, serta memperkirakan tantangan yang akan dihadapi. Dalam tahap ini entrepreneur dapat menggunakan prinsip 6M dalam berwirausaha (Fishbone Diagram), untuk menentukan bisnis yang tepat dapat digunakan value proposition canvas.
Pada tahap ini entrepreneur akan mengimplementasikan rencana yang telah dibuat. Memimpin jalannya usaha, melakukan pembiayaan, merekrut sumber daya manusia atau tenaga ahli yang dibutuhkan, melakukan pemasaran, mengikuti tren target pasar, mengambil resiko dan keputusan serta melakukan evaluasi.
Agar usaha dapat berumur panjang, seorang entrepreneur harus dapat mengevaluasi segala proses bisnis yang telah dilakukan. Hal ini dapat dilakukan menggunakan analisis SWOT. Dengan melakukan analisis, entrepreneur dapat melihat kekurangan dan kelebihan dari bisnis, serta mengatur strategi selanjutnya.
Jika bisnis sudah dirasa stabil dan memiliki potensi perluasan, sudah seharusnya seorang entrepreneur mengatur strategi pengembangan bisnis. Mungkin dengan menginovasikan produk baru, menambah sumber daya manusia, meningkatkan teknologi, hingga membuka cabang baru.
Dapat kita simpulkan, entrepreneur sukses pasti menerapkan entrepreneurship dalam melaksanakan bisnisnya. Yuk kita berkenalan dengan entrepreneur sukses Indonesia yang memiliki karir cemerlang sebelum berusia 30 tahun.
Para pendiri Tiket.com berusia 22 hingga 26 pada saat mereka mendirikan startup digital di bidang travel pada tahun 2011. Dengan bantuan angel investor senilai US$ 1 juta yang sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan startup lain yang bergerak di bidang travel, mereka berhasil meraih profit dalam dua tahun.
Selain mampu mendapat angel investor, Tiket.com dapat meraih kesuksesan karena dapat menjalin relasi dengan PT Kereta Api Indonesia dan berbagai maskapai penerbangan. Melihat peluang memperluas market dengan melakukan pemasaran yang baik, para pendiri Tiket.com mulai memasarkan bisnis mereka di billboard, Google Ads, dan tempat pemasaran lainnya.
Menurut Natali, dilansir dari finansialku, kunci kesuksesan adalah tahu kapan waktu yang tepat untuk mengeluarkan uang sebagai investasi, sehingga perusahaan dapat berjalan 10 tahun ke depan tanpa investasi baru.
image source: instagram.com/carlinedarjanto
Carline bersama Ria Sarwono mendirikan cotton ink saat berusia 29 tahun pada 2008. Mereka memilih fashion retail dengan produk utama busana siap pakai dan berbagai aksesoris. Berbeda dengan Tiket.com, Cotton Ink dimulai dengan modal satu juta rupiah tanpa bantuan angel investor. Namun, Carline yang berhasil memanfaatkan momentum pemilihan Barack Obama yang diangkat menjadi presiden Amerika Serikat pada 2008 berhasil membawa Cotton Ink meraih kesuksesan.
Melalui bisnisnya, Cotton Ink berhasil membuka lapangan kerja dan menaikkan taraf hidup banyak orang dengan mempekerjakan penjahit di Jakarta-Bandung dan lebih dari 100 karyawan operasional. Dilansir dari Kumparan, pada 2017 Cotton Ink berhasil memproduksi lebih dari 8.000 pakaian dan mendapat keuntungan 100 juta per bulan, hingga pada 2019 telah membuka beberapa gerai di beberapa mal Indonesia. Rencana Carline selanjutnya adalah mencari investor untuk memperluas pasar.
Kedua pemuda Ini mendirikan bisnis sepatu sejak masa kuliah. Berkaca pada pengalamannya kesulitan mencari sepatu yang cocok untuk ukuran kakinya, Yukka bertujuan membuat sepatu berukuran besar dengan harga yang ramah di kantong mahasiswa. Akhirnya ia membuat desain sendiri dan memesan sepatu pada pengrajin. Bersama Putra mereka membuat produksi awal sebanyak 40 pasang sepatu dengan memberdayakan pengrajin lokal.
Kini Brodo Store sudah membuka berbagai cabang yang terletak di empat kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Bekasi, dan Surabaya. Mereka berhasil meraih omzet hingga miliaran rupiah setiap bulannya.
Nah itu dia perbedaan entrepreneur dan entrepreneurship. Walaupun berbeda makna, kedua istilah ini saling berkaitan. Setiap entrepreneur sukses pasti menerapkan prinsip entrepreneurship dalam menjalankan bisnis mereka.