Turnamen sepak bola ikut terdampak akibat wabah Covid-19 yang melanda Indonesia dan seluruh dunia. Hal ini karena sepak bola umumnya selalu dihadiri oleh penonton dalam jumlah yang ramai sehingga menimbulkan kekhawatiran akan terjadi penularan yang sangat masif ketika tetap dilaksanakan. Sudah beredar spekulasi ketika laga Liga Champions leg 1 antara Atalanta vs Valencia dan leg 2 antara Liverpool vs Atletico Madrid menjadi bom biologis penyebaran Covid-19 di negara masing-masing (kompas.com).
Kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia baru saja bergulir pada 29 Februari 2020. Baru tiga pekan berjalan, kompetisi ini resmi dihentikan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia. Semula, kompetisi ini dihentikan selama 2 pekan, seiring dengan himbauan yang terjadi di beberapa daerah untuk mengurangi keramaian di ranah publik. Namun, hanya berselang beberapa hari, kompetisi ini resmi dihentikan sampai 29 Mei 2020. Hal ini dikarenakan pemerintah memperpanjang status darurat bencana Covid-19 hingga 29 Mei 2020 (tempo.co).
Dalam surat keputusan yang dikeluarkan PSSI, ada kemungkinan kompetisi kembali bergulir apabila status bencana nasional ini dihentikan, namun apabila tidak demikian, maka kompetisi ini akan dihentikan. Tentu seluruh pihak yang berkepentingan tidak menginginkan hal ini terjadi. Saat ini beredar wacana untuk melanjutkan kompetisi namun tanpa dihadiri oleh penonton agar kompetisi tetap berlanjut. Sampai artikel ini diterbitkan, wacana ini belum ditanggapi oleh pihak berwenang yang mengoperasikan kompetisi sepak bola di Indonesia.
Apabila ini terjadi, maka hal ini serupa dengan apa yang terjadi saat tahun 2015 yang lalu. Ketika itu kompetisi Indonesia Super League (ISL) baru berjalan tiga pekan namun terhenti karena masalah yang terjadi pada sepak bola Indonesia. Bedanya, saat ini kompetisi terhenti karena sepak bola menjadi sektor yang terdampak karena wabah Covid-19. Jika tahun 2015 yang lalu diisi dengan kompetisi tidak resmi mengisi kekosongan karena kompetisi resmi dihentikan, seperti Piala Presiden 2015, Piala Bhayangkara 2016, dsb, untuk tahun ini apabila kompetisi resmi dihentikan sepertinya solusi demikian tidak tepat karena ketidakpastian akan kapan wabah ini berakhir sangat tinggi.
Namun, jika kompetisi Liga 1 2020 tetap dihentikan, tentunya perbaikan kualitas kompetisi sangat diharapkan oleh seluruh pecinta sepak bola nasional. Saat ini kita sudah disajikan tontonan dengan kualitas gambar yang baik, kita bisa menyaksikan lewat berbagai media seperti televisi swasta dan platform video berbayar yang membuat kita tidak akan melewatkan pertandingan klub favorit kita yang akan bertanding apabila tidak ditayangkan di televisi swasta. Namun, belum adanya fasilitas Goal Line Technology dan Video Assistant Referee (VAR) yang saat ini sudah banyak digunakan di kompetisi elit Eropa semoga akan terealisasi pada musim kompetisi berikutnya.
Pada akhirnya, sepak bola Indonesia sudah menjadi salah satu hiburan yang dinantikan oleh masyarakat dan menjadi salah satu penopang ekonomi bagi pelaku usaha merchandise yang selalu menantikan pertandingan secara langsung di stadion. Perbaikan kualitas kompetisi ini akan mendorong kompetisi yang sehat dan dihindarkan dari praktik “mafia bola” yang selama ini ingin dihilangkan dari kompetisi sepak bola Indonesia. Perbaikan kualitas kompetisi juga akan mendorong suporter untuk tidak terprovokasi akan insiden kontroversial di lapangan. Proses pendewasaan suporter yang selalu dikampanyekan selama ini juga akan terbantu dengan perbaikan kualitas kompetisi ini.
Referensi:
Foto: detik.com
Hasyim, Irsyan. 2020. PSSI Kembali Tunda Kompetisi Liga 1 dan Liga 2 Hingga 29 Mei 2020. https://bola.tempo.co/read/1324817/pssi-kembali-tunda-kompetisi-liga-1-dan-liga-2-hingga-29-mei-2020. Diakses 22 April 2020.
Sadheli, Mochamad. 2020. Kegelapan Liga Champions, Liverpool hingga Atalanta Diduga “Pembunuh”. https://www.kompas.com/sports/read/2020/04/04/09200018/kegelapan-liga-champions-liverpool-hingga-atalanta-diduga-pembunuh-?page=all. Diakses 22 April 2020.