Sepak bola saat ini sudah menjadi industri dalam bidang olahraga. Sebagai olahraga terpopuler di dunia, sepak bola memainkan peran yang sangat penting karena selain menjadi hiburan, sepak bola kini juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi yang terlibat didalamnya. Pemain, manajemen, serta pendukung tim akan saling berkaitan pada proses bisnis di industri ini.
Komponen utama dalam bisnis sepak bola adalah pemain. Manajemen dalam sebuah klub akan berupaya mencari pemain yang ideal sesuai dengan kebutuhan tim. Pendukung tim tersebut juga menaruh harapan yang sangat besar terhadap pemain dalam memberikan permainan yang menghibur serta hasil akhir yang memuaskan.
Umumnya pemain sepak bola dalam sebuah klub diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
Pada artikel ini penulis akan membahas bagaimana pencatatan pemain yang diperoleh dengan menggunakan metode transfer pemain.
Merujuk pada publikasi berjudul Accounting for Typical Transactions in the Football Industry (PwC, 2018), dalam aktivitas transfer permanen pemain sepak bola, pencatatan yang dilakukan oleh klub tujuan pemain adalah dengan mencatat seluruh biaya untuk memperoleh pemain tersebut sebagai aset tak berwujud (intangible asset). Pemain sepak bola diakui sebagai aset dalam laporan keuangan karena pemain sepak bola akan memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan datang. Manfaat yang dapat diberikan oleh pemain adalah kemampuan (skills) yang dimiliki. Hal ini juga sesuai dengan International Accounting Standard (IAS 38) bahwa klub mengakui transfer pemain sebagai intangible asset karena dengan melakukan transfer pemain, berarti klub tersebut memiliki hak penuh pada pemain (legal rights) dan kemampuan (skills) yang dimiliki pemain, bukan memiliki secara substansi fisik (lack physical subtance). Intangible asset ini kemudian akan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama masa kontrak yang dijalani dengan klub tersebut. Pada klub sebelumnya, transaksi ini akan dicatat sebagai pendapatan. Dalam periode kontrak yang belum berakhir, ketika ada selisih antara harga jual pemain dengan nilai yang tercatat pada intangible asset akan diakui sebagai pendapatan/kerugian lain-lain dalam laporan laba rugi.
Sebagai contoh, Krzysztof Piatek resmi bergabung dengan AC Milan pada Januari 2019 dengan biaya transfer sebesar 35 juta Euro dan dikontrak selama 4,5 tahun. Setahun kemudian, rupanya pemain ini tidak menunjukkan penampilan yang konsisten hingga akhirnya dijual ke Hertha Berlin dengan biaya transfer sebesar 27 juta Euro dan dikontrak selama 4,5 tahun (okezone.com).
AC Milan sebagai klub pemilik akan mencatat pemain tersebut sebagai intangible asset saat pemain menandatangani kontrak pada Januari 2019. Dalam periode 1 tahun, pemain ini memiliki nilai buku 27,2 juta Euro. Nilai ini diperoleh dengan melakukan amortisasi pada kontrak pemain dengan metode garis lurus, yaitu dengan membagi nominal biaya transfer dengan durasi kontrak pemain (35 juta/4,5 tahun). Sedangkan pada sisi AC Milan, ketika melakukan penjualan pemain tersebut seharga 27 juta euro akan diakui sebagai selisih penjualan dengan nilai buku pemain yang tercatat dalam pembukuan. Selisih 0,2 juta euro dalam transaksi ini akan dicatat oleh AC Milan sebagai kerugian lain-lain, yakni sebagai kerugian diluar aktivitas operasional.
Referensi:
Arungbudoyo, Wikanto. 2019. AC Milan Resmi Dapatkan Krzysztof Piatek dari Genoa. https://bola.okezone.com/read/2019/01/24/47/2008629/ac-milan-resmi-dapatkan-krzysztof-piatek-dari-genoa. Diakses pada 3 April 2020.
Herdanu, Ezha. 2020. Cabut dari Milan, Piatek Resmi Gabung Hertha Berlin. https://bola.okezone.com/read/2020/01/31/51/2160978/cabut-dari-milan-piatek-resmi-gabung-hertha-berlin. Diakses pada 3 April 2020.
PwC. 2018. Accounting for Typical Transactions in the Football Industry. https://www.pwc.com/gx/en/audit-services/ifrs/publications/ifrs-9/accounting-for-typical-transactions-in-the-football-industry.pdf. Diakses pada 2 April 2020.