Adidas vs. Puma (Bagian Pertama)

09 April 2020

Sport

oleh: Fendy Kurniawan (PU-X)

Siapa yang tak mengenal Adidas dan Puma, dua perusahaan olahraga raksasa asal Jerman yang kantor pusatnya hanya dipisahkan sebuah sungai di kota Herzogenaurach. Dibalik kesuksesan Adidas dan Puma, ternyata tersimpan kisah unik yang belum diketahui banyak orang, kedua perusahaan tersebut lahir karena pertikaian antar saudara kandung, Rudolf “Rudi” Dassler dan Adolf “Adi” Dassler.

Rudi (b. 1898) dan Adi (b. 1900) lahir di Herzogenaurach, sebuah kota kecil di sebelah barat laut Nuremberg. Ayah mereka, Christoph Dassler bekerja sebagai tukang jahit di pabrik alas kaki, sebelumnya Christoph meneruskan usaha tekstil milik keluarganya, namun bangkrut. Sang Ibu, Pauline adalah ibu rumah tangga yang menjalankan usaha laundry di rumah. Masa kecil Rudi dan Adi dilalui dengan membantu usaha laundry ibunya tersebut, bersama kakak tertuanya, Fritz, Rudi dan Adi bertugas melakukan antar-jemput pakaian pelanggan, oleh masyarakat sekitar mereka dijuluki The Laundry Boys.

Setelah menyelesaikan sekolah pada tahun 1913, Adi bekerja magang sebagai pembuat roti. Pada waktu senggang, Adi dan sahabatnya, Fritz Zehlein yang sama-sama menyukai dunia atletik, belajar membuat peralatan atletik, seperti tongkat lempar lembing dan cakram. Usai periode magangnya berakhir, Adi memutuskan tidak melanjutkan berkecimpung di dunia roti dan justru belajar menjahit dari Ayahnya. Adi muda mengamati bahwa jenis dan desain sepatu olahraga yang berbeda dapat mempengaruhi performa pemakainya.

Tahun 1918, Adi dan Rudi terpaksa meninggalkan keluarganya sementara waktu karena turut serta dalam wajib militer Perang Dunia I. Pasca erang Dunia, Adi kembali ke kampung halamannya dan mendapati usaha laundry Ibunya "gulung tikar" karena krisis ekonomi. Adi pun bertekad mewujudkan konsep desain sepatu olahraganya dan memulai produksi kecil-kecilan di bekas tempat usaha laundry di rumahnya.

Disebabkan situasi pasca perang, produksi Adi mengalami hambatan karena sulitnya ketersediaan bahan baku. Dalam keterbatasan, Adi mendapatkan ide untuk mengumpulkan barang bekas pada puing-puing bangunan di pedesaan yang hancur akibat perang. Parasut, helm, ikat pinggang, hingga kantong roti menjadi barang yang nantinya digunakan sebagai bahan baku pembuatan sepatu.

Sementara itu, Rudi sempat beberapa tahun mengikuti pelatihan sebagai polisi, tetapi selepas pelatihan Rudi mengambil keputusan berhenti dari akademi Polisi dan bergabung dengan usaha Adi. Tahun 1923, Didukung perusahaan pandai besi milik keluarga Zehlein, Adi dan Rudi mendirikan Gebrüder Dassler, Sportschuhfabrik (Pabrik Sepatu Olahraga Dassler Bersaudara). Adi fokus bertugas di bagian produksi, sedangkan Rudi bertanggung jawab pada sektor penjualan dan administrasi.

Sepatu produksi Dassler mulai dikenal publik ketika digunakan atlet lari Jerman, Lina Radke, pada Olimpiade 1928 Amstedam. Selanjutnya mereka menujuk Josef Waitzer sebagai penasihat perusahaan. Waitzer merupakan pelatih tim nasional atletik Jerman dan mantan atlet Olimpiade. Usaha Dassler bersaudara semakin melejit karena menjadi anggota Partai Nazi bentukan Adolf Hitler di tahun 1933.

Pada Olimpiade 1936 Berlin, berkat kedekatan dengan Nazi dan koneksi yang dimiliki Waitzer, sepatu Dassler dipakai oleh nyaris seluruh atlet Jerman di Olimpiade. Disamping itu, terdapat satu sosok atlet yang berhasil dibujuk untuk memakai sepatu Dassler, Ia adalah Jesse Owens, atlet lari dan lompat jauh asal Amerika Serikat. Saat itu Owens meraih 4 medali emas dan langsung mendongkrak popularitas sepatu Dassler. Memandang keberhasilan Owens karena terbantu faktor sepatu dan mengesampingkan persaingan dengan Jerman, AS meminta perusahaan Dassler memproduksi sepatu olahraga lain bagi atlet mereka.

Memasuki era Perang Dunia II (1939-1945), krisis melanda perusahaan Dassler. Pembatasan produksi, berubahnya fungsi pabrik menjadi produksi perlengkapan militer, sampai dengan wajib militer bagi keduanya menyebabkan perusahaan dalam ketidakpastian, kondisi ini semakin diperparah dengan perbedaan prinsip dan pandangan politik keduanya yang menghancurkan hubungan mereka sehingga puncaknya mengakibatkan pecahnya perusahaan Dassler pada tahun 1948.

Keduanya kemudian meneruskan usaha mereka dengan nama dan tampilan baru. Rudi bersama sepertiga karyawan dari perusahaan lama pindah ke utara Sungai Aurach dan mendirikan Ruda (singkatan Rudolf Dassler). Nama Ruda hanya digunakan sesaat karena Rudi menggantinya menjadi Puma. Rudi ingin atlet yang memakai sepatunya seakan-akan memiliki kemampuan layaknya Puma, hewan yang terkenal buas dan lincah. Di lain pihak, Adi bertahan di pabrik lama bersama karyawan tersisa dan membuat ciri khas baru berupa tanda tiga strip pada desain sepatunyan, selain itu ia juga mendaftarkan nama baru perusahaannya, yaitu Addas (singkatan Adolf Dassler), nama ini awalnya ditolak karena telah digunakan. Merujuk pada panggilannya, Adi Menambahkan huruf ‘I’ pada kata Addas dan nama Adidas dipilih, serta resmi terdaftar pada 18 Agustus 1949. 


Bersambung ...